Teknik Mengerem Sepeda Motor


Hasil gambar untuk mengerem sepeda motor
 
Dalam posisi menukik dimana mayoritas berat sudah berpindah ke bagian depan (front end) ban belakang sport bike wheelbase pendek hanya menyediakan sedikit grip untuk mengurangi kecepatan (performance bikes mag)
Seperti kita sudah fahami bahwa fase mengerem bukan untuk segera memberhentikan motor melainkan mengurangi kecepatan. Seberapa cepat mereduksi kecepatan dan jarak disesuaikan pada situasi yang dihadapi pengendara saat itu.
Rem darurat atau rem mendadak (emergency braking) terjadi apabila muncul suatu rintangan dalam garis lurus lintasan di depan motor. Seberapa besar peluang terhindar dari tabrakan (collision) tergantung dari skill si rider meskipun tidak selalu apabila jarak menuju objek impact sudah terlalu dekat. Tapi intensitas benturan (impact) dapat dikurangi cukup banyak kalau pengendara motor memiliki ketrampilan cukup baik.
Rem darurat adalah ketrampilan berkendara motor yang harus dipertajam setiap waktu. Rider bisa melakukan latihan di tempat luas atau jalan tertutup. Membuat skenario rem darurat dalam kecepatan yang bervariasi.
Karena resiko kerusakan menerpa si rider akan lebih parah apabila dalam kecepatan tinggi. Sebaiknya skenario rem darurat atau mendadak di jalankan dalam kecepatan tinggi pula.
Di seluruh dunia ada beberapa teknik pengereman yang dapat di aplikasikan oleh pengendara. Dan tiap teknik juga akan digunakan pada saat harus melakukan rem darurat. Apakah itu inisiasi dimulai rem depan dan belakang secara bersamaan atau rem depan lebih dulu kemudian dalam fraksi sepermilidetik di ikuti menekan pedal rem belakang. Dan rem belakang lebih dahulu kemudian segera di ikuti menarik tuas rem depan.
Pada dasarnya tiap tipe motor mempunyai karakter fisik yang berlainan. Sport bikes, sport-tourer, chopper, adventure, skuter dan seterusnya memiliki Wheelbase, Chassis geometry, Center of gravity dan distribusi berat yang berlainan. Untuk itu cara atau teknik pengereman disesuaikan menurut tipe motor yang dibawa oleh rider.
Tapi ditekankan sekali bahwa teknik pengereman yang di aplikasikan harus melekat menjadi kebiasaan pengendara. Berkesinambungan tiap waktu semakin tajam melalui cara di asah. Dengan itu tidak di anjurkan berpindah-pindah ke satu teknik pengereman ke teknik hard braking lainnya.
Seperti disebutkan diatas masing-masing tipe motor mempunyai karakteristik berbeda. Sport bikes dengan wheelbase pendek dan chopper wheelbase terpanjang dapat mewakili semua motor.
Sport bikes dengan wheelbase lebih pendek dan letak center of gravity yang tinggi cenderung ban belakang mudah terangkat dari aspal apabila terlalu banyak tekanan pada rem depan.
Kalau dilihat dari teknik hard braking ataupun rem darurat yang diterapkan para ahli untuk sport bikes, mayoritas merujuk pada inisiasi pengereman depan & belakangs secara bersamaan atau rem depan lebih dahulu kemudian dalam fraksi sangat singkat hitungan milidetik di ikuti tekanan pada pedal rem belakang.
Menjadi bagian disiplin berkendara motor dimana harus selalu dipegang erat ialah menghindari tarikan tuas rem depan langsung secara kuat (handful brake). Cara ini membawa pada kondisi ban depan mengunci akibat beban atau berat motor belum sepenuhnya berpindah ke bagian depan (front end). Grip depan akan terlepas, ban skidding kemungkinan besar lowside. Tunggu sampai fork depan terasa terkompres dalam hitungan detik atau kurang (ditentukan oleh reaksi rider). Begitu tertekan menerima beban, luas ban depan yang kontak dengan aspal akan ekspansi semakin lebar menambah daya cengkram. Baru kemudian secara progresif tarikan di tuas rem depan boleh bertambah kuat dan semakin kuat disesuaikan situasi.
Pada saat intensitas tarikan tuas rem depan bertambah kuat, rider secara bersamaan boleh mengurangi tekanan pada pedal rem belakang untuk meredam ban belakang mengunci. Beban mayoritas sudah berpindah ke bagian depan maka sangat kecil grip yang tersedia di ban belakang.
Chopper atau Cruiser seperti Harley Davidson Ultra, wheelbase panjang, letak center of gravity yang rendah, mempunyai distribusi berat lebih banyak pada bagian belakang dibandingkan sport bike atau sport-tourer. Pemakaian rem belakang jadi lebih bermanfaat dan efektif walaupun sebagian besar berat sudah ter transfer ke depan. Tidak seperti sportbike atau sport-tourer, chopper dan cruiser memulai inisiasi hard braking dapat dilakukan rem belakang  lebih dulu. 
Jarak motor berhenti total (complete stopping distance) terdiri dari waktu reaksi dan jarak pengereman.
Waktu reaksi atau thinking distance adalah titik dimana rider melihat bahaya sampai pada titik ia mulai melakukan rem darurat. Proses waktu reaksi tiap rider tidak akan sama ditentukan oleh ketrampilan yang ia capai. Makin ahli begitupun waktu untuk bereaksi akan lebih cepat dan tepat. Rider sudah dibekali skill baik memerlukan thinking distance dibawah 1 detik.
Jarak pengereman dimulai dari pertama kali pengendara melakukan hard braking sampai pada point motor berhenti. Jarak tempuh tidak akan sama karena dipengaruhi oleh :
– Ketrampilan rider.
– Permukaan jalan aspal.
– Berat motor beserta rider ditambah penumpang kalau ada.
– Performa unit rem.
– Kondisi ban dan suspensi.
Semakin cepat motor semakin panjang jarak pengereman.  Seperti chart ditunjukkan di Cycle World. Kecepatan 20 mph (32.19 kph) membutuhkan jarak 11,08 meter. Itu termasuk waktu reaksi dan jarak pengereman. Kalau kecepatan naik tiga kali lipat menjadi 60 mph (96,56 kph) jarak motor berhenti total pada 59,41 meter. Artinya perlu jarak lima kali lipat dengan menaikkan kecepatan motor tiga kali lipat.
Complete stopping distance
Cara ampuh mengetahui sampai dimana daya pengereman tidak lain melalui latihan dan latihan terus.
Kemudian teknik manakah yang paling tepat dipelajari sampai tingkatan mahir?
Sampai sekarang ini dan dapat di check di berbagai websites bahwa tidak ada kesepakatan atau saling klaim teknik mana paling ampuh atau efektif.  Ini lebih pada tipe motor yang di bawa oleh masing-masing rider.
Rider bukan pembalap pro tapi sudah tingkatan mahir nan tajam biasanya tidak masalah menghadapi situasi darurat dengan memakai kedua rem depan-belakang secara bersamaan. Hanya pengendara dengan ketrampilan masih belum mahir bisa jadi mengalami problem menguasai kedua rem. Situasi panik kemungkinan besar membuyarkan skill yang ada. Untuk itu disarankan sekali rider sport bike ataupun sport-tourer yang belum mencapai tingkatan advanced menguasai hanya satu rem. Lebih tegasnya dari kedua rem yang ada yaitu depan dan belakang sebaiknya menguasai dan fokus pada rem depan saja. Meskipun tetap si rider harus menekan rem belakang juga.
Jika rider ingin menguasai kedua rem secara bersamaan disaat situasi darurat, sebenarnya tidak akan mendapat yang terbaik dari keduanya. Sederhananya rider belum tingkatan mahir tidak dapat konsentrasi penuh pada kedua rem dalam waktu bersamaan.
Dengan cara fokus menguasai rem depan saja apabila berhadapan dengan situasi darurat, pengendara akan terhindar dari ban depan mengunci. Biarkan saja rem belakang tertekan meskipun skidding sambil bersamaan menjaga line tetap lurus supaya motor selalu dalam posisi tegak (upright).
Tingkatan grip di ujung batas yaitu mengerem optimal mencapai level antara masih tersedianya grip dan ban mulai skidding atau biasa disebut threshold braking. Contoh mudah dibayangkan adalah pembalap hard braking menuju tikungan. Pembalap selalu berupaya membawa motornya pada level mencapai limit ketersediaan traksi atau grip. Pengereman menjadi bagian penting seperti juga membangun kecepatan di mid-corner dan akselerasi se awal mungkin di apex atau ujung tikungan. Pembalap mempergunakan feel untuk mengetahui sampai dimana grip ban berada. Memodulasi tekanan rem berdasarkan feedback. Apabila ban depan terjadi locking, tekanan segera ia kurangi secukupnya saja. Memodulasi sampai ban berputar lagi dan tuas rem depan ditarik kembali pada level tidak sampai mengunci. Skill sepert ini ditempa terus menerus tiap kali latihan di lintasan sirkuit.
Bagi rider yang suka trackday apalagi rutin pasti sudah faham bagaimana pentingnya ban berkomunikasi. Mengirim sinyal memberitahu sampai dimana traksi berada tiap kali hard braking menuju tikungan.
Demikian pula rider jalan raya dapat mempertajam ketrampilan hard braking mencapai ujung batas. Memperpendek jarak motor berhenti total melalui analisa sinyal yang dikirim ban depan tanpa hadirnya rasa panik. Tingkatan itu sangat mungkin diraih melalui latihan terus menerus.
Pengendara trampil sanggup hard braking lebih efektif tanpa ABS.
Menyangkut diskusi yang lumayan melelahkan karena muter-muter, antara penulis di blog Motomazine dengan salah satu blogger yang berpendapat bahwa teknik hard braking menekan rem belakang lebih dulu itu adalah paling tepat dibandingkan tarik tuas rem depan lebih dahulu. Mengingat tarik tuas rem depan duluan biasa diajarkan oleh instruktur safety riding disini.
Penulis tidak begitu faham karakteristik motor matik dimana distribusi berat lebih banyak dibelakang dibandingkan sport bike. Bisa jadi inisiasi hard braking motor matik dapat makin efektif dengan menekan pedal rem belakang lebih dahulu.
Tapi untuk sport bike dimana distribusi berat dibagian buritan tidak seberat matik, aplikasi rem depan-belakang secara bersamaan atau rem depan lebih dahulu di ikuti dalam fraksi kurang dari satu detik menekan rem belakang adalah paling tepat.
Seperti disebutkan di atas penting sekali rider membawa sport bike menguasai ketrampilan hard braking menggunakan satu rem saja yaitu rem depan. Meskipun ketika fase pengereman berlangsung rider tetap menggunakan kedua rem. Dengan itu konsentrasi atau fokus dapat sepenuhnya di aplikasikan pengendara ke rem depan begitu efektif. Dan teknik ini akan terus melekat menjadi kebiasaan (habit) seiring makin meningkatnya skill.
Yang lucunya dalam diskusi itu penulis dianggap kurang tepat karena mensamakan motogp dengan berkendara motor harian. Padahal sebenarnya penulis menanyakan apa hubungan rem belakang lebih dahulu dengan motogp yang hilang grip ban depan atau lowside memakai rem depan? . Karena kalimat-kalimat itu yang dimunculkan blogger tersebut. 
Penulis memang masih tingkatan awam tapi setidaknya faham sekali bahwa teknik motogp tidak sama dengan berkendara di jalan. Pembalap selalu berupaya hard braking mengambil titik pengereman (braking point) sedekat mungkin dengan pintu tikungan. Sedangkan rider di jalan raya mengambil titik pengereman paling aman sesuai dengan kecepatan yang dibolehkan dan pertimbangan faktor keamanan. Tapi ada yang dapat dipetik dan di aplikasikan. Yaitu inisiasi hard braking dan modulasi tekanan terhadap rem seandainya menghadapi kondisi darurat. Rider bukan pembalap dimungkinkan sekali mencontoh upaya hard braking para pembalap dalam tujuan menaikkan level skill nya. Dan tentunya melakukan banyak latihan, selalu fokus dan membuang rasa panik.
Dengan asumsi itu pula penulis menanyakan apa ada “sekolah balap” yang aplikasikan inisiasi fase hard braking memakai rem belakang lebih dulu?
Sejauh ini dapat dikatakan tidak ada.
Penulis menegaskan bahwa teknik hard braking memakai rem belakang terlebih dulu itu bisa aja tapi bukan berarti teknik itu paling tepat untuk sport bike atau motor yang satu tipe.
Mengingat realitanya ada banyak tipe motor berkeliaran di dunia seperti telah disebutkan di atas maka tidak ada kesepakatan bersama antara riding instructors menyatakan teknik ini paling efektif dan benar di atas teknik lainnya.
Musuh dalam selimut bagi rider adalah rasa panik. Untuk itu sangat disarankan oleh ahli riding techniques bahwa pengendara yang mudah panik harus disiplin patuhi kecepatan seharusnya dan tetap fokus. Selain itu kecelakaan di jalan sering terjadi lebih pada tidak patuhi peraturan : tidak sabar menerobos lampu merah, bersamaan main cell phone, memasuki jalur berlawanan arah, terlalu dekat dengan kendaraan di depan dan seterusnya. Demikian wassalam dan salam sejahtera.

0 Response to "Teknik Mengerem Sepeda Motor"

Post a Comment