Sekolah balap motor Keith Code – California Superbike School
Penulis pernah mengutip (quote) beberapa kalimat metode riding dari Keith Code untuk di cantumkan di artikel mengenai teknik riding secara ringkas aja.
Keith Code sebelumnya adalah pembalap AMA superbike tahun tujuh puluhan yang kemudian mendirikan sekolah riding dan balap dengan nama California Superbike school. Berdiri sudah cukup lama dan mempunyai reputasi luarbiasa di dunia balap superbike dan GP500.
Sudah ribuan rider mengikuti program yang ia jalankan. Beberapa diantaranya sukses meraih juara dunia seperti : The legend Wayne Rainey juara dunia tiga kali berturut-turut GP500 Yamaha. Scott Russell juara WSBK 1993 Kawasaki. James Toseland juara WSBK 2004-2007 Ducati-Honda. Ben Spies juara WSBK 2009 Yamaha. Thomas Luthi juara dunia GP125. Dan masih banyak lagi pembalap-pembalap juara AMA superbike, British Superbike.
Sebelum jaman ada sambungan internet awal 90 an di Indonesia untuk mencari berita mengenai sport bikes harus melalui majalah luar seperti Cycle World, Sport Rider. Kent Kunitsugu editor majalah Sport Rider dan juga rider senior memberikan apresiasi terhadap pencapaian Keith Code. Menurutnya California Superbike School sebagai perintis atau yang pertama telah berkembang terus selama 30 tahun untuk berada di depan sekolah-sekolah riding.
“Keith Code and his pioneering California Superbike School have continually evolved over 30 years to stay at the leading edge of riding schools”
Keith menyediakan training para rider yang berkendara di jalan raya maupun tracday. Dan para pembalap pemula yang nantinya ingin masuk ke tingkatan profesional. Dengan tujuan supaya ketrampilan (skill) berkendara motor mereka di jalan raya ataupun di track dapat meningkat secara cepat dan aman.
Jelas sekali manfaat mengikuti pelatihan riding dibandingkan belajar sendiri. Tiap teknik balap akan segera di mengerti dan dirasakan secara langsung. Misalkan muncul satu problem menentukan dimana titik pengereman (braking point) dan titik belok (turn-in point) yang tepat di tikungan kecepatan rendah gir satu misalnya. Maka instruktur akan segera memberi referensi berdasarkan skill si rider itu baik dalam teori maupun di lapangan.
Meskipun rider yang suka kecepatan selalu ingin menggenjot motor melesat di sirkuit. Mengalami crash atau motor tumpah ke aspal adalah moment yang paling tidak disukai atau selalu ingin dihindari. Dengan mengikuti latihan riding rider dapat minimalkan terjadi crash di sirkuit. Kecuali pilihan menjadi pembalap maka tidak mungkin selamanya terhindar dari crash.
Salah satu metode efektif yang diciptakan Code untuk menaikkan skill pembalap ialah no brakes exercise atau latihan tanpa memakai rem. Melalui cara ini si pengendara akan membawa motor keliling lintasan memakai gir transmisi empat tanpa rem memasuki tikungan. Tujuannya supaya kemampuan indera rider membaca kecepatan menjadi berkembang dan semakin tajam. Menurutnya pengereman secara tepat dimulai dari indera kecepatan (sense of speed) si rider itu sendiri, dengan atau tanpa rem dan gir transmisi. Penentuan kecepatan di dasari pada kedekatan, kemampuan intuitif untuk memproses feel ke motor.
Indera kecepatan harus beroperasi setiap waktu untuk menangkap kesalahan dan memandu (guide) seberapa cepat atau lambat tuas rem di tarik atau di lepas, untuk mencapai entry speed yang sesuai. Kecepatan memasuki tikungan pembalap pro biasanya sangat konsisten, seringkali dengan perbedaan kurang dari 1 sampai 2 mph tiap lap. Rider bukan pro rata-rata mungkin berbeda 5 mph atau lebih. Menurut Keith manusia mempunyai fasilitas ini secara halus dan melalui latihan kemampuan ini akan meningkat.
Selanjutnya teori reaksi keselamatan (survival reactions) yang menurutnya muncul secara otomatis apabila rider menghadapi sesuatu yang menurutnya berbahaya. Survival reactions adalah instinct menghindar dari cedera hanya seringkali menyebabkan sebaliknya. SR berasal dari sumber yang secara sadar tidak dimonitor. Contohnya kedipan mata bertujuan melindungi kalau tiba-tiba ada sesuatu ke arah situ. Hanya keandalan dari reaksi ini mendatangkan pertanyaan kapan rider antara menahan reaksi lain atau tidak tepat bereaksi. Survival reactions tidak seluruhnya bagus katanya.
Ada tujuh SRs yang perlu diperhatikan oleh rider :
– Melepas gaz (roll-off the gaz)
– Mengencangkan pada stang (tighten on bars)
– Menyempit dan secara panik mencari bidang pengelihatan (narrowed and frantically hunting field of view)
– Perhatian yang tetap terhadap sesuatu (fixed attention on something)
– Mengemudi ke arah sesuatu yang jadi perhatian tetap (Steering in the direction of fixed attention)
– Tidak mengemudi atau tidak efektif karena kurang cepat atau terlalu awal (No steering (frozen) or ineffective (not quick enough or to early) steering)
– Kesalahan pengereman terlalu banyak atau kurang (braking errors both over or under braking)
Kesalahan melepas gaz adalah survival reaction nomer satu. Akibat terpicunya SR karena :
– Terlalu kencang masuk tikungan.
– Terlalu melebar
– Lean angle terlalu tajam
– Rasa kuatir terhadap traksi.
Pemukaan lintasan yang bergelombang (bumps), ada traffic di depan dan hal lainnya adalah secondary sources yang menyebabkan tidak perlunya melepas gaz (roll-off the gaz). Menurut Keith setelah melepas gaz kebanyakan rider menyadarinya bahwa hal itu sebenarnya tidak perlu.
Rider tidak bermaksud kedua tangannya jadi kaku, mengencangkan pegangan pada stang motor. Atau salah line akibat mengemudi ke arah sesuatu yang menjadi perhatian tetap nya. Apapun menjadi pemicu survival reactions adalah bentuk upaya si rider supaya terhindar dari cedera.
Biasanya tangan jadi yang pertama kali terkena pengaruh SR dan tangan mengkontrol :
– kemudi (steering)
– pengereman.
– throttle dan pengaruh handling.
SR adalah musuh yang sering dihadapi tiap pembalap pemula dan akan menghalangi progres peningkatan ketrampilan riding apabila dibiarkan.
Itu adalah sebagian kecil teori yang diajarkan oleh Keith Code dalam bukunya Twist of the Wrist I dan II.
California Superbike School mengajarkan dasar-dasar teori riding di sirkuit. Seperti pelajaran bagaimana melihat melalui corner. Pada intinya melatih mata melihat titik referensi dan pandangan lebar (wide view) secara bersamaan. Melihat titik referensi dan pandangan lebar keduanya digabungkan menjadi funnel vision atau pandangan seperti melalui corong menuju tikungan.
Semakin dekat ke tikungan pandangan si rider semakin fokus ke titik referensi. Pertama adalah menentukan dimana titik belok (turn-in point). Kemudian menentukan letak apex di pinggir bagian dalam tikungan dan selanjutnya titik keluar (exit point).
Rider dituntut membiasakan mata nya untuk fokus melihat ke tiga titik referensi tersebut secara cepat menggunakan pandangan lebar atau peripheral vision. Dengan pandangan progresif rider mampu menentukan sejak awal dimana aja titik referensi yang akan di ambil di tikungan tersebut. Peripheral visison adalah pandangan ke beberapa objek sekaligus tanpa melihat langsung ke tiap objek itu.
Para rider diberikan kesempatan membawa motor yang sudah dimodifikasi. Dilengkapi penyangga (outrigger equipped) pada bagian samping kiri dan kanan, rider dapat mencoba lean angle ekstrim tanpa rasa takut jatuh ke aspal. Ditujukan mengikis rasa takut bersamaan membangun rasa percaya diri ketika memiringkan motor. Rider diajarkan bagaimana seharus body position yang tepat.
Dengan
lean bike pengendara merasakan bagaimana cara merebahkan motor ke sudut
ekstrim tanpa rasa takut jatuh. Sambil bersamaan mempelajari body
position yang tepat.
0 Response to "California Keith School Superbike - Sekolah Balap Keith"
Post a Comment